Menyaksikan Ekonomi Batam Menuju Kebangkrutan (Bagian-5)

Batam Tak Seperti Dulu Lagi...
Oleh : Romi Candra
Senin | 12-06-2017 | 08:00 WIB
kabut-asap-wtb2.jpg
Icon Batam, Welcome To Batam sedang dibungkus asap. (Foto: Batamtoday.com)

BATAM, siapa yang tidak kenal? Kota yang dibangun sebagai pusat industri dan investasi itu bagai magnet yang menarik para perantau dari pelosok negeri untuk mengais rejeki. Itu dulu. Kini, Batam telah nyaris menjadi daerah gagal. Angka inflasi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Berikut cacatan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Candra.

Tahun 2013 lalu, saat penulis menginjakkan kaki pertama kali di tanah Melayu ini, mencoba mengadu peruntungan, melihat prospek untuk bekerja sangatlah tinggi. Pembangunan di mana-mana. Perbaikan infrastruktur, pembangunan perumahan mewah, apartemen megah dan lain sebagainya terus dilakukan.

Terlintas dalam benak, beberapa tahun ke depan masyarakat sebagai penghuni, pasti akan makmur sebagaimana semboyan dari pemerintahnya, 'Batam Kota Madani'.

Seiring berjalannya waktu, beberapa tahun dijalani hingga saat ini, justru bukan kemakmuran yang didapati. Perekonomian semakin lesu. Bahkan pengangguran menjadi-jadi. Tercatat, sekitar 25 ribu lebih masyarakat yang terus mencari lapangan pekerjaan.

Mereka berharap pada industri, namun perusahaan membuka lowongan hanya untuk beberapa orang saja. Imbasnya, siapa yang beruntung dia dapat, dan yang tidak, akan menjadi pengangguran sejati.

Kondisi saat ini, diibaratkan yang diterima bekerja oleh perusahaan hanya sekitar 100 orang. Namun yang di PHK justru 500 orang. Ini tentu bukan solusi yang diharapkan. Tidak perlu dipungkiri, sudah banyak perusahaaan-perusahaan yang gulung tikar dan memilih berinvestasi di negara lain.

Imbas dari semua ini, para pekerja yang di-PHK, ataupun yang belum dapat kerja, mereka tetap harus bertahan hidup. Tidak banyak dari mereka yang terpaksa harus kembali ke kampung halaman, membawa rasa kecewa dan harus siap dibuli karena tidak berhasil merantau. Serta juga banyak yang memilih jalan pintas yang dianggap pantas untuk bertahan.

Apa jalan pintas yang dianggap pantas? Banyak dari para pengangguran bertindak melawan hukum. Menjambret, mencuri dengan modus pecah kaca mobil dan bahkan membobol rumah. Bahkan, juga ada pencuri spesialis kos-kosan serta maling kendaraan bermotor. "Profesi" ini terpaksa dilakukan demi istri bisa makan dan susu anak terbeli.

Penulis juga memperhatikan, di media sosial banyak dari warga yang memposting rumah beserta isinya untuk dijual, dengan alasan, ingin pulang habis. Alias, kapok hidup di Batam. Karena, tidak bisa dipungkri, tinggal di Batam sudah tidak menarik lagi.

Bukannya tidak memuji upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjadikan Batam lebih baik. Program-program yang dikeluarkan sangat bagus. Pembangunan infrastruktur juga terus digenjot, dengan tujuan menjadikan Batam pusat pariwisata.

Namun sayang, semua itu belum berhasil mengembalikan Batam seperti masa kejayaannya dulu. Sering kebijakan yang dikeluarkan justru tidak tepat sasaran. Bukannya mensejahterakan, malah menyengsarakan masyarakatnya.

Menurut penulis, saat ini pemerintah lebih fokus pada pembangunan, daripada memikirkan masyarakatnya. Seharusnya, menciptakan lapangan pekerjaan menjadi upaya utama agar kesejateraan dirasakan masyarakat.

Belum lagi polemik dualisme pemerintahan yang hingga kini masih berkesudahan. Tumpang tindih pemilik lahan, keluhan kenaikan tarif listrik dari masyarakat dan bahkan persoalan air. Nah kini muncul lagi perseteruan baru, taksi dan ojek langkalan merasa dikalahkan adanya jasa transportasi online.

Semua hal ini, tidak lepas dari peran pemerintah sendiri. Seperti contoh polemik jasa transportasi online. Pemerintah Kota Batam bergerak setelah adanya hal yang tidak diinginkan terjadi. Seharusnya kondisi ini bisa lebih tanggap.

Di sisi lain, kehidupan malam Batam juga semakin menjadi. Banyak dari kaum hawa terpaksa bekerja menjajakan diri. Miris, tidak pandang bulu, siapapun ditawari. Seperti berita yang ditulis dalam BATAMTODAY.COM, seorang mubaligh muda, putra almarhum da'i sejuta umat, KH. Zainidduin MZ, tak luput dari sasaran wanita penjual kenikmatan sesaat itu.

"Saya lagi makan malam di Nagoya, eh didatangi perempuan muda, ngajak main. Astagfirullah," ujar KH. Muhammad Syauqi saat menyampaikan tausiah memperingati malam turunnya al Qur'an di Masjid Al Ikhlas, Bandar Sri Mas Sei Panas Batam Center, Sabtu (10/6/2017) malam.

Kondisi sungguh memprihatinkan. Kota Batam yang hendak dijuluki kota madani, jauh dari sasarannya. Suami menganggur, terpaksa istri turun mengais rejeki.

Jika dirangkai lagi, masih banyak kondisi memprihatinkan yang terjadi di Kota Batam ini. Batam, tidak seperti dulu lagi!.

Editor: Dardani