Mendulang Rupiah dari Sisa Ledakan Kapal Asing
Oleh : Harun al Rasyid
Senin | 22-02-2016 | 19:02 WIB
KIA-BATAM-2.jpg
Kapal asing ilegal yang diledakkan di Batam (Foto : Harun al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Meski hanya tinggal puing-puing dari 10 kapal nelayan asing yang diledakkkan di perairan Pulau Momoi, Batam, Senin (22/2/2016) pagi, namun ratusan nelayan sekitar berharap mendapatkan sisa besi, alumunium, tembaga dan apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk dijual ataupun untuk dipergunakan sendiri.

Dengan menggunakan perahu pompong, mereka seakan berpacu mendatangi lokasi peledakan kapal. Mungkin saja mereka berfikir, jika masih utuh statusnya masih barang hasil rampasan negara. Namun jika sudah berbentuk puing-puing, status barang berubah menjadi hasil rampasan mereka dan sah untuk dimiliki dan diperjual-belikan.   

Tanpa ba..bi..bu, ratusan nelayan tadi langsung terjun dari pompong mereka sesampainya di lokasi. Ada yang hanya mencari puing-puing yang masih mengapung dan ada juga yang berusaha menyelam, mencari puing-puing 10 kapal asing yang diledakkan KKP dan Lanal TNI AL Batam itu.   

"Biasanya mereka langsung menyelam ke bawah untuk mencari besi-besi yang tidak ikut meledak," ujar salah satu nelayan yang hanya menyaksikan dari darat ulah ratusan rekan seprofesinya itu kepada BATAMTODAY.COM, Senin (22/2/2016). 

Menurutnya, yang paling banyak tersisa dari peledakan kapal adalah kipas, mesin, jangkar, jemuran jaring dan benda padat lainnya berupa besi, alumunium dan tembaga.

"Biasanya, setelah aparat selesai meledakkan kapal, mereka langsung meninggalkannya begitu saja setelah tidak terlihat lagi api yang menyala," terangnya menimpali.

Pantauan BATAMTODAY.COM, senyum sumringah terpancar dari salah seorang nelayan, Samin, yang berhasil mendapatkan sisa potongan mesin dan besi lainnya saat mendaratkan pompongnya. Bahkan, seakan tidak mau tertinggal, barang hasil temuannya itu langsung dilansir istri dan anaknya ke rumah mereka.

"Lumayanlah, kalau dijual hasilnya bisa untuk tiga hari. Kebetulan tadi saya sendiri, jadi takut nanti kelamaan di dasar laut, barang yang ada di pompong diambil nelayan lain," ujarnya.

Menurutnya, masih banyak barang lainnya yang bernilai ekonomis dari sisa peledakan kapal tersebut. Sehingga, ia mengajak anaknya yang masih berusia 10 tahun untuk kembali mendatangi lokasi peledakan.

"Saya bawa anak untuk jaga di atas pompong, sedangkan saya nanti menyelam," terangnya sembari membawa beberapa alat yang akan dipergunakan sebagai pemotong di dasar laut.       

Editor: Udin