Penuhi Kebutuhan Gas Masa Depan

Pelindo Energi Logistik Gesa Pembangunan Hub LNG Batam
Oleh : Nando Sirait
Sabtu | 24-03-2018 | 13:26 WIB
pgn11.jpg
Logo PGN.

BATAMTODAY.COM, Batam - Rencana pembangunan infrastruktur Hub gas cair LNG di Batam harus segera digarap dengan serius. Posisi Batam yang strategis dinilai tepat untuk dijadikan HUB LNG untuk pemenuhan gas di Wilayah Sumatera dan kebutuhan ekspor di masa depan.

Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Gembong Primadjaja mengatakan, suplai gas dari Koridor Tanjung Jabung dan sekitarnya diperkirakan akan mulai berkurang dan diperkirakan mulai habis pada tahun 2025 sampai 2030 mendatang. Begitu juga Natuna Blok A, B dan lain-lain. Sementara konsumen gas di Kepri dan Sumatera akan semakin tinggi.

Singapura sudah menangkap peluang ini dengan membangun tanki-tanki LNG berkapasitas besar. Mereka berharap ketika ini terjadi, Singapura bisa mensuplai gas ke Indonesia. Menurut Gembong, peluang serupa juga harusnya ditangkap oleh Batam. "Jangan sampai Batam terlambat membangun infrastruktur," ujarnya.

Pihaknya sendiri telah membangun komunikasi dengan sejumlah stakeholder pemerintah untuk membicarakan rencana tersebut. Pemerintah dan Pelindo Energi Logistik sepakat untuk segera membuat Pra-Feasibility Study pembangunan Hub LNG di Batam.

Sudah saatnya ada rencana pembangunan hub LNG di areal Batam atau sekitarnya. Sehingga nanti bisa membagi LNG tersebut ke konsumen di Kepri dan sebagian besar wilayah Sumatera. Baik melalui kapal, atau disuntikan ke pipa-pipa eksisting. "Data sudah ada, tinggal rencanakan apa yang harus dilakukan ke depan," jelasnya.

Dia mengutip RUPTL milik PLN, Hub LNG di Batam bisa memenuhi kebutuhan pembangkit listrik eksisting maupun yang akan dibangun di wilayah Sumatera. Berdasarkan perkiraan tersebut, pasar untuk Hub LNG Batam sangat besar.

"Investasinya pasti menguntungkan. Total PLTG seluruhnya 12 ribu MW, jadi prospeknya cukup besar," paparnya.

Jumlah tersebut terbilang sangat besar jika dibanding Hub LNG yang dibangun oleh PT. Pelindo Logistik Energi di Benoa, Bali. Kebutuhan pasar yang bisa disuplai oleh Batam nantinya berkisar 600 kali yang sudah dikerjakan di Bali.

Metode distribusi LNG yang diterapkan di Benoa menggunakan sistem Hub and Spoke. Metode ini juga pernah dilakukan di Jepang. Polanya dengan menetapkan satu titik suplai, kemudian dari titik tersebut LNG didistribusikan ke tempat-tempat yang membutuhkan dalam volume yang lebih kecil.

"Sistem ini memberikan keuntungan ekonomis yang lebih baik pada pola distribusi LNG small scale," tuturnya.

Pihaknya mendesain dan membangun fasilitas Regas di benoa hanya dalam waktu 7 bulan. Waktu itu pembangunan fasilitasnya dilakukan di Korea Selatan. Karena butuh waktu lama untuk membangun tangki timbun, pihaknya menyewa kapal sebagai storage.

Dua unit tersebut dihubungkan melalui pipa. Kemudian dikirim ke PLTMG Pesanggaran yang beroperasi sebesar 200 MW.

Peluang ini harus ditangkap oleh pelaku bisnis, karena terjadi saving untuk negara. Jika dibandingkan dengan menggunakan HSD, menggunakan LNG akan membuat negara hemat Rp 2 Triliun pertahun, atau sekitar Rp 5,5 miliar per hari untuk pembangkit berkapasitas 200 mW.

"Bayangkan bila kapasitasnya seperti yang akan disuplai Batam. Berapa besar penghematan yang bisa dilakukan. LNG sendiri menjadi pilihan yang baik dari sisi lingkungan, maupun dari sisi penghematan biaya," jelasnya.

Editor: Yudha