Berujung Kematian Kabid PPK Disdik Kepri

Ini Kronologis Bentrok yang Terjadi Antara Mahasiswa dan Polisi di Disdik Kepri
Oleh : Ismail
Senin | 18-12-2017 | 19:03 WIB
Demo-mahasiswa-di-Disdik-Kepri.jpg
Kadisdik Kepri, Arifin Nasir, ditemani sejumlah ASN (termasuk korban-red) bertemu dengan para pendemo guna mendinginkan suasana (Foto: Ismail)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Aksi unjuk rasa terkait protes sejumlah keganjilan pada proses penerimaan beasiswa oleh mahasiswa kembali panas. Mahasiswa yang tergabung dalam sejumlah organisasi kemahasiswa kembali menggelar aksi di halaman Kantor Disdik Kepri, kawasan Dompak, Senin (18/12/2017).

Nahasnya, satu Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Disdik Kepri tewas saat aksi tersebut berlansung. Korban bernama Mardiana, menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Pendidikan Khusus (PPK) tersebut pingsan di lokasi saat aksi bentrok antara pendemo dan petugas polisi berlangsung.

Kejadian bermula saat Kepala Disdik Kepri, Arifin Nasir, ditemani sejumlah ASN (termasuk korban-red) bertemu dengan para pendemo guna mendinginkan suasana. Saat itu, Arifin berjanji akan mempelajari terlebih dahulu tuntutan para mahasiswa yang menilai seleksi penerimaan beasiswa itu yang penuh masalah. Selain itu, mahasiswa juga menuntut daftar penerima beasiswa yang telah diumumkan tersebut dicabut kembali guna dilakukan seleksi ulang.

"Saya paham dengan permintaan adik-adik. Untuk itu, saya harus pelajari terlebih dahulu," katanya saat itu.

Namun, alih-alih terkendali, malah suasana unjuk rasa makin memanas. Para pengunjuk rasa yang memaksa masuk mendapat hadangan oleh petugas polisi. Aksi saling dorong pun tak terkendali. Bahkan, para pengunjuk rasa dan polisi juga terlibat adu pukul. Bahkan, salah satu petugas dan pengunjuk rasa mengalami luka di sejumlah tubuh.

Pada saat itulah, korban Mardiana yang berjarak hanya beberapa meter di lokasi kericuhan, seketika pingsan. Ia terjatuh dengan posisi tertelungkup dan tak sadarkan diri. Kejadian tersebut sontak menarik perhatian dari petugas. Sehingga, Mardiana digotong ke dalam kantor Disdik.

Karena tak kunjung sadarkan diri, sesaat kemudian wanita berusia 54 tahun itu pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Ahmad Tabib, Kilometer 8, Tanjungpinang.

Kendati demikian, aksi unjuk rasa pun tetap berlangsung. Para mahasiswa tetap melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Disdik Kepri. Sehingga, petugas kepolisian dan Kepala Disdik Kepri menemuui kembali para mahasiswa dan mengumumkan saat ini korban sedang mengalami kondisi kritis di Rumah Sakit.

Aksi tersebut mereda, hingga para mahasiswa dan petugas sempat menundukkan kepala mendoakan keselamatan Mardiana.

Setelah itu, pihak kepolisian meminta para mahasiwa agar membubarkan diri dengan damai. Puluhan mahasiswa pun menuruti permintaan petugas kepolisian mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Kasat Binmas Polres Tanjungpinang, Limin, saat memimpin apel menegaskan, Mardiana saat kejadian tidak terlibat dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi. Ia mengutarakan, saat itu korban pingsan dengan sendirinya, diduga syok melihat kondisi yang sempat panas tersebut.

"Kemungkinan kaget atau syok dengan kejadian yang baru saja terjadi. Tapi, beliau (Mardiana-red) tidak masuk dalam aksi tadi," ungkapnya.

Sebelumnya, Spesialis Emergency Rumah Sakit Ahmad Thabib Provinsi Kepri menegaskan, penyebab kematian korban diakibatkan serangan jantung. Diakuinya, memang korban memiliki riwayat penyakit jantung.

Saat sampai di Rumah Sakit sekitar pukul 10.30 siang, Mardiana sempat mendapatkan pertolongan pertama dengan menggunakan pompa jantung. Namun, detak jantung korban melemah dan berujung drop.

"Saat tiba di IGD dan saya periksa detak jantungnya sudah lemah dan sekitar 20 menit kita tangani kemudian ibu ini tidak dapat tertolong lagi dan meninggal pukul 11.00 Wib," ungkap Yusmanedy, Spesialis Emergency Rumah Sakit Ahmad Thabib Provinsi Kepri.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang, AKP Dwihatmoko Wiraseno, mengatakan bahwa saat kejadian korban terjatuh ketika melihat aksi unjuka rasa. Namun, untuk memastikan, fakta kejadian sebenarnya, pihaknya langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.

"Diduga meninggal melihat pendemo berdorong-dorongan dengan polisi dan terjatuh, kemudian dibaWa ke Rumah sakit dan meninggal di Rumah Sakit," ujar DWihatmoko saat ditemui di Mapolres Tanjungpinang.

Selain itu, untuk menyelidiki kasus ini lebih mendalam, lanjut Dwihatmoko, pihaknya telah memanggil beberapa mahasiswa, saksi, serta melihat video amatir yang sudah beredar di media sosial online.

"Kita akan dalami kasus ini lebih lanjut, saat ini ada dua mahasiswa yang kita amankan," ucapnya.

Editor: Udin