Kakek Malang di Batam Ini Tak Pernah Sekalipun Dapat Bantuan dari Pemerintah
Oleh : Suci Rahmadani
Kamis | 14-12-2017 | 19:02 WIB
Datuk-Kang.jpg
Datuk Kang (97) tidak pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, mulai ia bersama 7 anaknya hingga kini bersama anak bungsunya saja (Foto: Suci Rahmadani)

BATAMTODAY.COM, Batam - Datuk Kang (97) tidak pernah sekalipun mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, mulai ia bersama 7 anaknya hingga kini bersama anak bungsunya saja.

Kakek yang tinggal di Tanjung Colem RT 02 RW 02, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Sembulang (dekat jempatan 4 Barelang) ini, sudah berada di sana sejak tahun 1960 silam. Kebutuhan kesehariannya pun ia peroleh dengan mengandalkan hasil tangkapan ikan di laut sebagai nelayan.

Datuk Kang sempat ditawarkan mengikuti Program Keluarga Harapan (PKH). Namun semua itu hanya mimpi baginya, karena terkendala administrasi dan identitas diri yang sejatinya menjadi hak-nya sebagai warga negara Indonesia.

"Saya kemarin sempat dapat undangan dari Kementerian Sosial untuk menerima dana dari program PKH," katanya mengawali kisahnya, Kamis (14/12/2017).

Namun katanya lagi, PKH meminta KK (Kartu Keluarga), sedangkan ia tidak memilikinya dikarenakan data tersebut sudah hilang. Karena serba keterbatasan di segala bidang itu lah, dia dan anaknya tidak mengetahui bagaimana cara mengurus KK tersebut.

"Kemarin, pas disuruh datang dan melakukan foto, mereka menanyakan KK saya dan saya mengakui tidak ada karena KK-nya hilang. Akhirnya proses penerima bantuan menjadi batal," ujarnya.

Di usia yang sudah uzur tersebut, Datuk Kang merasa kecewa sebab ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara untuk mendapatkan program bantuan dari pemerintah, agar terbantu penghasilannya memenuhi kebutuhan diri, anak dan cucu-cucunya bersekolah.

Hanya saja, kabar kurang sedap meluncur deras dari mulut Panitia PKH Kementerian Sosial, Sule. Dengan nada datar Sule mengatakan bahwa data Datuk Kang sudah diinput ke Pusat, sehingga tidak ada lagi harapan bagi Datuk untuk mengikuti atau menerima program tersebut.

"Oh, datanya udah diinput tiga minggu yang lalu, jadi kami enggak bisa masukin lagi," kata Sule.

Beginilah nasib Datuk Kang yang merupakan potret kemiskinan masyarakat Indonesia di antara 'gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo' Bumi Pertiwi Indonesia, yang hidupnya terhimpit gempita Kota Metropolitan Batam.

Namun mirisnya lagi, RT dan RW setempat terkesan membiarkan warganya tanpa sedikit pun terlintas memperjuangkan hak azazi orang tua yang sudah lanjut usia itu.

Semoga Pemerintah Kota Batam membuka mata lebar-lebar dan turun ke lapangan dan tidak hanya duduk di kursi empuknya, menunggu laporan staf sembari ditemani alunan musik di ruang ber-AC-nya itu. Semoga...

Editor: Udin