Begini Cara Plastik Membunuh Berbagai Ikan, Hewan Laut dan Burung
Oleh : Redaksi
Rabu | 22-11-2017 | 09:38 WIB
kura-kura.jpg
Seekor penyu sisik tersangkut dalam sebuah kantong plastik (Sumber foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, AS - Orang-orang yang berada di balik pembuatan film dokumenter BBC, Blue Planet 2 mengungkapkan mereka selalu melihat sampah plastik mengapung di lautan saat melakukan pengambilan gambar.

Episode minggu ini berfokus pada bagaimana sampah plastik mempengaruhi kehidupan makhluk-makhluk laut.

"Jarang sekali saya tidak menemukan berbagai bentuk plastik, mulai dari benang pancing plastik, bungkus-bungkus permen atau botol-botol plastik," kata asisten produser Sarah Conner.

"Saat berada di atas kapal di laut lepas, jika kita melihat sampah saat dalam perjalanan, kami akan sebisa mungkin berhenti dan memungutnya, sebagaimana kami harapkan semua orang yang peduli terhadap lautan akan melakukannya."

Banyak makhluk terbelit sampah-sampah plastik di lautan, dan dalam sebuah episode, penonton dapat melihat bagaimana seekor kura-kura penyu sisik terjerat kantong plastik.

Beruntung, juru kamera Rafa Herrero Massieu berhasil melepaskan plastik yang menjerat kura-kura, dan hewan laut itu bisa berenang lagi tanpa cedera.

"Banyak ilmuwan memandang, sampah-sampah plastik yang berserakan di samudera adalah ancaman terbesar bagi kesejahteraan makhluk laut," kata produser eksekutif, James Honeyborne.

"Sering juga plastik menjadi ancaman bagi pelestarian seluruh populasi."

Dalam episode terbaru, terlihat bagaimana partikel plastik kecil (microplastics) berperan dalam pencemaran industri kehidupan laut.

"Plastik-plastik itu bisa mengakibatkan tingginya tingkat kontaminasi kimia pada predator besar, seperti pada paus pilot," kata James Honeyborne.

"Sekarang ini sampah plastik diyakini bisa berperan dalam meningkatkan penyerapan polutan ke dalam tubuh."

James Honeyborne mengatakan bahwa para ilmuwan harus meningkatkan penelitian terkait mikroplastik.

"Mikroplastik sekarang ini merambah laut begitu luas dan dikonsumsi oleh sejumlah besar makhluk laut.

"Sampah-sampah plastik itu bahkan ditemukan dalam-sampel-sampel yang didapat dari Palung Mariana, bagian terdalam planet Bumi."

Tim yang berada di belakang pembuatan film dokumenter Blue Planet ini mencatat semua plastik yang mereka temukan selama syuting.

"Anehnya, sering sekali yang mengalami pencemaran plastik paling parah adalah pulau-pulau terpencil," kata James Honeyborne.

"Itu antara lain karena arus yang berputar-putar, yang juga dikenal sebagai gyres, yang membuat plastik terkonsentrasi dalam 'gulungan sampah' yang luas ke tengah lautan.

"Hal ini sungguh merupakan sebuah isu global yang membutuhkan solusi global."

Kru film terkadang harus turun tangan saat melihat bagaimana plastik itu berdampak pada satwa liar.

"Saya pernah melihat unggas mati dengan kaki terbungkus kantong plastik, jadi mereka bisa saja mati karena tidak bisa terbang atau mencari makan," kata Sarah Conner.

"Saya juga pernah melihat seekor penyu belimbing mati karena terbelit tali penangkap ikan."

Dilaporkan pula secara luas bahwa asupan plastik menyebabkan kematian banyak makhluk laut, mulai dari kura-kura hingga albatros atau burung laut.

Suatu ketika, kru harus menyelamatkan seekor paus bungkuk yang mati-matian berusaha berenang karena terjerat tali plastik pemancingan yang panjangnya hampir satu kilometer, di lepas pantai British Columbia.

"Kru film bekerja keras melepaskan jeratan plastik selama sembilan jam, sampai semua tali bisa dilepaskan oleh tim penyelamat dan paus itu kembali bebas," kata James Honeyborne.

Juru kamera Rafa Herrero Massieu mengatakan, "Hal yang paling sulit adalah mengatasi emosi kita sendiri, karena kita bisa merasakan kesedihan yang dialami paus pilot itu."

Tim juga melihat plastik yang membelit anak burung albatros di South Georgia.

"Induk burung tersebut pasti mengambil plastik di laut, mengira plastik itu bisa dimakan, lalu menyuapkan pada anak-anaknya," kata James Honeyborne.

"Seekor anak burung mati karena tusuk gigi plastik yang menancap di perutnya."

Sumber: BBC
Editor: Udin