Stok Bumbu Dapur di Anambas Mulai Menipis, Bahan Pokok Lainnya Masih Aman
Oleh : Fredy Silalahi
Rabu | 13-12-2017 | 11:38 WIB
Catharina-Anambas.jpg
Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Anambas, Catharina. (Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Anambas akui stok sejumlah barang pokok mencukupi hingga 3 bulan ke depan. Namun mengenai stabilitas harga tidak terbendung karena keterbatasan transportasi.

"Stok gula, beras, tepung, minyak goreng dan daging masih berlimpah, karena itu diangkut oleh Tol Laut. Meski musim angin Utara, Tol Laut tetap berlayar untuk memenuhi pasokan barang pokok. Jadi ketersediaan barang pokok ini cukup menjelang Natal dan Tahun Baru bahkan untuk 3 bulan ke depan," kata Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Anambas, Catharina, Rabu (13/12/2017).

Ia mengakui stabilitas harga yang tak dapat dijaga yakni sayur-sayuran dan bumbu dapur. Menurutnya itu dipengaruhi oleh terbatasnya transportasi laut.

"Sayuran dan bumbu dapur dipasok dari Tanjungpinang, apabila transportasi laut lumpuh, maka harga sayur dan bumbu dapur akan tinggi," ujarnya.

Mengenai penanaman cabai, tomat, sayuran di Anambas, Catharina menyebutkan, Anambas merupakan dataran rendah dan tak cocok untuk tanaman muda.

"Bayam dan kacang panjang mungkin masih bisa di wilayah Anambas, tetapi cabai, tomat, wortel dan lainnya tidak mampu. Bahkan kita lihat banyak juga masyarakat bercocok tanam dengan hidroponik. Tetapi itu untuk kebutuhan pribadi bukan dipasarkan," terangnya.

Di sisi lain, salah satu ibu rumah tangga Yulia sudah mulai mengkhawatirkan pasokan sejumlah bumbu dapur yang sudah mulai langka dan harganya mulai meroket.

"Saat ini cabai rawit tembus Rp140.000 per kilogram yang harga biasanya Rp60.000 per kilogram dan cabai merah tembus Rp100.000 per kilogram dengan harga normal Rp50.000 per kilogram. Kedua bumbu dapur ini yang sering langka dan harganya mahal ketika transportasi laut lumpuh," keluhnya.

Salah satu pedagang di Pasar Tradisional Tarempa, Nurizah mengakui, untuk pasokan cabai rawit dan cabai merah sudah mulai kandas. Hal tersebut diakibatkan lumpuhnya transportasi.

"Biasanya pasokan cabai itu melimpah ketika fery cepat beroperasi. Dan ketika transportasi lumpuh, pasokan mulai berkurang dan membuat harga menjadi meroket tinggi. Kami jarang menggunakan KM Bukit Raya untuk membawa barang dari Tanjungpinang, karena biaya transportasi tinggi," ungkapnya.

Editor: Gokli